:/ tidak terikat kepada sesuatu atau kepada seseorang; bebas

Tuesday, February 13, 2018

Transformasi Digital Akan Menyumbang 22 Miliar USD untuk GDP Indonesia Hingga 2021



Pada tahun 2021, transformasi digital akan menambahkan sekitar 22 miliar Dollar AS terhadap produk domestik bruto (PDB/GDP) Indonesia, dan meningkatkan tingkat pertumbuhan sebesar 0,4% per tahun, menurut sebuah studi bisnis yang baru dirilis hari ini. Penelitian berjudul, "Membuka Dampak Ekonomi Transformasi Digital di Asia Pasifik[1](Unlocking the Economic Impact of Digital Transformation in Asia Pacific), dikeluarkan oleh Microsoft dalam kemitraan dengan IDC Asia/Pacific.


“Indonesia terlihat jelas sudah berada dalam fast track transformasi digital. Dalam empat tahun ke depan, kami berharap dapat melihat sekitar 40% PDB Indonesia berasal dari produk dan layanan digital," kata Haris Izmee, President Director of Microsoft Indonesia. "Pada saat yang sama, organisasi-organisasi di Asia Pasifik semakin banyak yang menerapkan teknologi baru seperti artificial intelligence sebagai bagian dari bentuk inisiatif transformasi digital mereka, dan itulah yang akan mempercepat pertumbuhan mereka lebih jauh."

Survei yang diadakan dengan melibatkan 1.560 pengambil keputusan di sektor bisnis dari organisasi kelas menengah dan besar di 15 negara di kawasan ini, erfokus dalam hasil yang berpengaruh cepat serta dampak yang meluas yang dihadapi dalam transformasi digital pada bisnis tradisional.

Berdasarkan hasil penelitian terbaru, perusahaan melihat kemajuan yang nyata dan signifikan dari transformasi digital dari kisaran 8% hingga 9% melalui manfaat tersebut. Pemimpin bisnis berharap untuk dapat melihat lebih dari 30% pertumbuhan pada bidang utama tersebut pada tahun 2020, dengan lonjakan besar pada produktivitas, tingkat akuisisi pelanggan, serta pendapatan dari produk dan jasa baru.

Para Pemimpin Digital di Asia Pasifik Mendapatkan Keuntungan dari Peluang Perekonomian
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa walaupun 79% organisasi di Indonesia sedang berada di tengah proses transformasi digital mereka, hanya 7% di seluruh wilayah Indonesia yang dapat diklasifikasikan sebagai pemimpin. Para pemimpin ini adalah organisasi-organisasi yang memiliki strategi transformasi digital secara penuh atau sudah memiliki kemajuan, dengan setidaknya sepertiga dari pendapatan mereka berasal dari produk dan layanan digital. Selain itu, perusahaan-perusahaan ini melihat peningkatan manfaat sebesar 20 - 30% di berbagai bidang bisnis yang berasal dari inisiatif mereka.

Studi ini menunjukkan bahwa para pemimpin mengalami peningkatan manfaat sebesar dua kali lipat dari para kompetitornya, dan peningkatan ini akan lebih terasa pada tahun 2020. Hampir setengah dari pemimpin (48%) memiliki strategi transformasi digital yang konkrit.

"Kecepatan transformasi digital kini meningkat, dan IDC memperkirakan bahwa pada tahun 2021, setidaknya 48% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Asia Pasifik akan berasal dari produk dan layanan digital, dengan pertumbuhan di setiap industri yang didorong oleh penawaran yang tinggi, manajerial, dan relasi. Studi tersebut menunjukkan bahwa para pemimpin melihat manfaat yang lebih besar hingga dua kali lipat dari para kompetitornya, dengan peningkatan produktivitas, minimalisir biaya, dan advokasi pelanggan. Agar tetap kompetitif, organisasi harus menetapkan metrik baru, mengatur struktur organisasi, dan mengarahkan kembali platform teknologi mereka," kata Daniel-Zoe Jimenez, Research Director Digital Transformation Practice Lead, IDC Asia/Pacific.  

Penelitian ini mengidentifikasi perbedaan-perbedaan utama antara para pemimpin dan yang lainnya di Asia Pasifik, yang berkontribusi ke berbagai peningkatan:

  • Pemimpin lebih memperhatikan pesaing dan munculnya teknologi yang mengubah kebiasaan: Ekonomi digital juga telah melahirkan tipe pesaing baru, serta teknologi baru seperti AI yang telah berkontribusi terhadap perubahan bisnis.
  • Kecerdasan dalam berbisnis dan budaya inovasi merupakan tujuan utama: Ketika menangani masalah bisnis, para pemimpin berfokus untuk menciptakan budaya yang cerdas dan inovatif untuk melawan persaingan. Pihak lain, di sisi lain, lebih fokus pada peningkatan produktivitas dan profitabilitas karyawan.
  • Mengukur keberhasilan transformasi digital: Organisasi-organisasi di seluruh Asia Pasifik mulai menerapkan key performance indicators (KPI) baru untuk mengukur inisiatif transformasi digital mereka lebih baik, seperti tingkat keefektifan proses, modal data, dan advokasi pelanggan dalam bentuk Net Promoter Score (NPS). Seiring dengan waktu, organisasi-organisasi ini menyadari potensi data sebagai sumber pendapatan baru untuk perekonomian digital, para pemimpin lebih fokus memanfaatkan data untuk meningkatkan pendapatan dan produktivitas, dan untuk mengubah model bisnis.
  • Pemimpin lebih sadar dengan tantangan dalam perjalanan transformasi digital mereka: Selain kecakapan dan ancaman keamanan cyber sebagai tantangan utama, para pemimpin juga telah mengidentifikasi kebutuhan untuk meningkatkan kapabilitas data mereka melalui penggunaan analisis yang lebih tinggi untuk mengembangkan wawasan yang kemudian dapat ditindaklanjuti di pasar yang bergerak cepat.
  • Pemimpin mulai tertarik untuk berinvestasi di AI dan Internet of Things: Perkembangan teknologi seperti AI (termasuk layanan kognitif dan robotika) dan IoT adalah area dimana para pemimpin digital berinvestasi di tahun 2018. Selain teknologi yang muncul ini, para pemimpin juga lebih tertarik untuk berinvestasi di big data analytics untuk mengumpulkan data sebagai wawasan yang dapat ditindaklanjuti.

0 comments:

Post a Comment